Monday, September 10, 2007

Just a Note

scretch...

Expecting (my aunty’s) Baby
Senin pagi itu saya pasang status yahoo messanger dengan kalimat "expecting a baby". Tentu saja bukan maksudnya saya sedang hamil tua dan sedang berbaring di kasur rumah sakit menunggu saat-saat mendebarkan untuk melahirkan (saya kan belum menikah- sebaiknya menikah dulu sebelum hamil, iya toh?! J). Tapi pagi itu tante saya di Bekasi dijadwalkan melahirkan anak keduanya, so saya juga ikutan expecting a baby, calon sepupu baru saya. Seperti sudah diduga, status itu langsung mendapat reaksi dari teman-teman di YM. Dari yang bertanya iseng karena tahu benar kondisi saya, sampai yang sungguh bertanya apakah saya memang sedang hamil atau sudah nikah lama tapi baru hamil sekarang (huahahaha). Tapi itu bukan masalah, yang saya pikirkan justru keberadaan saya di ruangan kantor ini instead of di rumah sakit menemani tante saya. Bukan sok pahlawan, tapi tante saya cuma ditemani oleh suaminya (ya, om saya) yang mulai senewen karena tidak ada orang lain untuk diajak berbagi masa-masa menegangkan ini. Maka sepanjang senin itu saya tidak bisa berkonsentrasi kerja bahkan sekedar chatting. Saya harus ke rumah sakit…

Meanwhile, hari ini deadline bagian grafis di kantor. Saya sudah tahu kalau tim redaksi (termasuk saya) harus siap alias stand by meski deadline kami sudah Jumat lalu. Kenapa? Teman-teman grafis biasanya banyak sekali menyelesaikan layoutnya di detik-detik terakhir deadline dan kami harus mencek ulang tata bahasa dan lainnya seperti kecocokan foto atau label "new" untuk bagian rubrik listing restoran. Belum lagi seorang teman grafis yang daya ingatnya parah sekali (ujung-ujungnya sih penurunan kualitas pekerjaannya). Bayangkan saja kalau saya sudah memberinya file tulisan, foto, dan cd2 pelengkap untuk dia me-layout langsung ke mejanya, bicara langsung dengannya, dia sendiri yang me-save datanya tapiiiiii…tepat di hari senin DL terakhir itu juga dia bertanya apakah saya sudah memberinya bahan tulisan?! (wakwaaaaaww). Saya jadi bingung sendiri…lah bukannya jumat lalu saya yang memberinya langsung ke dia? Kok dia nanya lagi? Tapi dengan santainya saya menjawab, "buka saja komputer kamu, di folder D, file nama kamu edisi 97, nah ada kok". Dia menuruti saya, lalu tersenyum (memang sudah ada di situ sejak Jumat lalu). Saya menang! Tapi nggak sampai disitu, sebuah layout siap diperiksa dan saya bingung karena teks yang saya beri itu bukan begini tulisannya, ada yang kurang lengkap. Saya bertanya, "kok yang teks event pembukaan Saint Regis Bali tidak ada?". Jawabannya sudah diduga, "emang lo udah kasih filenya?". Saya pun mengulangi kalimat panjang tentang folder D dan di mana dia me-save file itu di depan mata saya (beberapa waktu lalu). Lagi-lagi dia menjawab, "oh iya…", dengan senyum yang lama-lama tidak lagi manis tapi mulai menjengkelkan. Hmm, ini benar-benar situasi yang menurut sepupu saya yang berusia lima tahun (yang mau punya adik itu loh) itu begini:…busyet, cape dehhhh! Emberrrrrrr…………………………………….



Melihat Bayi Baru Lahir
Ahhh akhirnya Selasa jam 10 pagi saya sudah di rumah sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur bersama kakak saya untuk menemani tante saya melahirkan. Saya memutuskan ke kantor setelah makan siang saja (beruntung bos saya baik hati alias bodoh-bodoh gitu deh). Tante saya sudah disuntik indukse sejak kemarin tapi bukannya mules, dia malah kena diare. Jam-jam penantian itu ternyata terasa berat buat om saya. Antara kelelahan dan tidak sabar, om saya meencoba tetap kuat dan menahan emosinya (waduh para pria ini yah, sudah menghamili, tinggal menunggu saja masih mengeluh, bagimana istrinya yang juga menunggu dan harus melahirkan pula?!). Buat saya, enam jam tidak lama, dan jam 14.55 tante saya melahirkan putri keduanya dengan tiga kali mengejan saja (…saja setelah berbaring tanpa mulas sejak senin pagi, berarti lebih dari 30 jam, fiuhhhhh…). Saya yang spontan masuk ke ruang lahiran, melihat bayi itu diangkat suster, masih dipenuhi lemak dan lendir, lalu ditarus di atas wadah untuk dibersihkan. Saya takjub, dan menatapnya lama sambil mendengarnya menangis keras. Syukurlah dia sehat dan sempurna. Saya tiba-tiba diusir oleh suster yang marah karena saya tidak steril berada di ruangan itu. saya keluar tersenyum-senyum dan lapor pada kakak saya. Dia balik nanya, "cewek atau cowok?". Aduh saya kok lupa memperhatikan kelaminnya ya…tak jadilah saya menyebarkan sms kabar gembira karena semua orang pasti ingin tahu bayinya cewek atau cowok. Saya benar-benar lega, saya ada bersama tante om saya di detik-detik penting kelahiran anak kedua mereka. Tiba-tiba saya kepikiran tante saya yang lain yang marah-marah ketika saya ajak untuk menemani tante saya yang ini melahirkan. Katanya: "irasional yang jauh menemani mereka, kita kan di bogor, masa jauh-jauh ke bekasi buat nemenin mereka? emang gak ada keluarga yang lain? saya nanti saja kalau sudah lahir!!!", dengan nada rada tinggi di telepon. Saya bingung karena tante saya yang menolak datang ini selalu gembar-gembor kalau ponakan kesayangan dia adalah ponakan yang hari ini mau punya adik itu. tapi ketika sang ponakan kesayangan dia itu menanti adik, dia malah bilang irasional, hahahaha. Di mana letak sayang dan pedulinya? Sudahlah, yang penting saya puas bisa membantu (membantu menenangkan batin saya juga sih). Tante saya sudah kembali ke kamar, sehat, dan sudah bisa mengobrol. Bayinya sudah dibersihkan dan disimpan di ruangan khusus bayi. Sudah jam enam sore, rasanya saya tidak bisa balik ke kantor nih.

Porte la voile, what’s so funny about that?
Rabu, 29 Agustus saya rapat redaksi di kantor. Tema edisi yang akan kami tulis adalah White Lies, alias bohong putih. Cover jadi masalah besar karena bersifat visual sementara bohong putih itu kan perbuatan (yang bahkan sulit untuk divisualisasikan). Setelah pembicaraan panjang lebar, kami mulai mengekplorasi ide tentang suami yang berbohong menikmati kue buatan istrinya yang rasanya nggak karuan, gak enak lah. So far sih ide itu paling pas dan bisa direalisasikan. Tapi tiba-tiba saja sang bos yang baik dna maha bodoh itu mengajukan ide yang agak2 tolol begitu, tentang cewek berjilbab yang diberi kado bikini. Ide itu disambut tawa, termasuk saya yang tertawa. Kami sempat bercanda soal ide itu, saya sendiri berkelakar kalau saya yang diberi bikini pastilah saya pakai untuk liburan di Bali (padahal nggak mungkin juga ya, secara saya gak punya duit buat ke Bali, gak pede untuk pakai bikini dan jelas2 gak ada yang kasih hadiah bikini). Tapi ternyata bos saya meneruskan idenya itu dan mulai membidik saya sebagai objek leluconnya. Mulai dari saya jadi modelnya, mulai mengejek pake bikini sampai kalimat "morale police" yang ditujukan kepada saya. Oke, sekali dua kali becanda tentang jilbab dan bodohnya hadiah bikini kepada seorang berjilbab maish saya tanggapi lucu. Tapi ketika mulai mengarah saya sebagai objek leluconnya, menjadikan saya sebagai org yang lucu karena berjilbab dan dibayangkan menggunakan jilbab. Saya bukan islam fanatik, saya pakai jilbab tapi saya tidak memenuhi kriteria harapan orang kebanyakan akan muslimah berjilbab. Tapi bukan berarti saya bisa diperolok tentang keimanan dan jilbab saya. Saat itu saya merasa tidak nyaman oleh tatapan dan ucapan bos, ketawa teman-teman saya dan subjek tentang bikini tadi. Herannya, sekitar setengah jam suasana kikuk dan canggung ini (bagi saya) berlangsung di rapat, bos saya nggak juga beranjak dari kebodohannya. Dia terus saja mengulik-ulik soal ide bodoh tadi dan tetap menyindir saya. Akhirnya saya kelepasan bilang kalau saya nggak mau mengurusi pekerjaan apapun yang berhubungan dengan agama, takut menyinggung. And u know what he said? "Ce ilee…moral police nih yee…". Wuaks luar biasa bodohnya mahluk ini. Saya kelewat kesal dan batas saya sudah dilewati. Saya tersinggung!
Untungnya teman-teman saya jauh lebih cerdas sehingga ide itu setuju ditolak dan kami kembali ke ide suami yang terpaksa bahagia dan say thanks atas kado sebuah hair dryer (padahal sang suami botak, seperti bos saya yang bodoh itu). Ucapan saya sebagai moral police sudah tanggung menyakiti saya. Ucapan sindiran dan underestimate tentang saya yang berjilbab, tidak cantik, dianggap tidak berkemampuan sudah sering saya dengar. Saya sudah terbiasa tapi saya tidak bisa mengontrol diri untuk tidak tersinggung atau terhina. Untungnya semua orang yang biasanya menyindir atau melecehkan benar-benar bukan pribadi yang luar biasa. Jadi ucapan mereka tidak ada artinya buat saya. Apalgi kalau tahu orang itu bodoh (seperti bos saya) atau jauh mengecewakan hidupnya (juga seperti bos saya dan orang lainnya) dari pada saya. Ya..saya cuma tersenyum saja sambil bilang "telen deh tuh omongan, hihihi".
Ok, kembali ke bos saya yang bodoh, ketika menulis ini hati saya masih juga panas setiap kali kalimat moral police terngiang di kuping saya. Mulai saat ini saya memutuskan kalau bos saya adalah orang tua paling bodoh dan tanpa kebijaksanaan sama sekali yang pernah saya kenal. Saya juga mensyukuri hidupnya yang sendirian tanpa istri yang pastinya sepi dan membebankan. Huh, tahu rasa deh lo…ya iyalah nggak bakal punya istri kalau mikirnya dangkal, bodoh dan serendah itu. huhu sepertinya saya terbawa emosi yah…biar saja lah, lebih baik emosional daripada bodoh dan less-wise seperti dia. Hiyyyyyyyy tidak mau!!! Lebih mengerikan daripada pakai bikini dan tetap berjilbab, hehehe.

Sepupu Baru Saya Pulang Sendirian
Sms dari ibu saya masuk. "Tante Silvi sudah pulang dari rs, sendirian, bayi digendong sendiri".
Perut saya langsung mulas.
Saya seharusnya di sana.
Saya jadi tak konsen bekerja…

Sahabat saya ditaksir temannya…
Sahabat saya sedang gundah gulana. Sebahabat dekatnya tiba-tiba berubah sikap. Jadi jahat? Bukan, justru jadi mesra. Teman saya takut. Takut jatuh cinta? Bukan, tapi takut jatuh cinta dan dikecewakan. Takut nanti kehilangan kekasih sekaligus sahabat. Kenapa? Bukankah itu resiko cinta? Setidaknya ambil saja dulu buah manisnya, siapa tahu pahit belakangan itu urusan nanti. Tapi masalahnya, saya dan dia tahu kalau sahabatnya itu playboy. Rasanya memalukan kan kalau sudah tahu palyboy tapi masih terjebak juga? Saya pun nggak bisa bantu banyak. setiap kali dia curhat dan tanya pendapat saya soal sikap sang playboy itu, saya cuma bisa bilang, "bisa jadi dia beneran sayang sama lo tapi dia kan playboy, bisa jadi juga sikapnya sama dengan cewek mana pun yang dia taksir". Aduh benar-benar tidak membantu yah. Anda juga pasti pernah mengalaminya, ketika sahabat sendiri mulai mesra dan seakan ingin yang lebih dari sekedar teman, tapi kasus makin sulit kalau sahabat anda itu playboy.
Sahabat saya sedang bingung. Temannya jadi mesra. Saya ikutan bingung. Saya tidak mau teman saya disakiti sahabatnya sendiri. Teman saya sakit, saya juga sakit.

Pertanyaan Kakak Saya
Di rumah sakit sambil menunggui tante saya melahirkan.
Kakak saya: kamu kapan melahirkan?
Saya: hah?
Kakak saya: kamu punya pacar kan?
Saya: nggak
Kakak saya: yang naksir ada?
Saya (menahan tawa): ada
Kakak saya: Mau kawin kan?
Saya: Mau tapi belum pede
Kakak saya: memang berat pernikahan itu. Komitmennya. Apalagi kalau sudah punya anak.
Saya: (bengong…)


My job description
Hos Cokroaminoto, jam 13.20
My job description here…
I hate it!

Suami orang menelpon saya
Suami orang: aku sekarang sudah mapan lho
Saya: oh, syukurlah
Suami orang: kapan kita bisa ketemuan?
Saya: tidak tahu, sibuk terus
Suami orang: kenapa sih kamu judes? Disakiti yah?
Saya: … (sialan, saya pingin menjotos mukanya)
Saya: … halo, halo? Kok nggak jelas yah?
Suami orang: iya, saya masih di sini. Jumat ini ketemuan yuk?
Saya: nggak bisa, sibuk. Sudah yah…
Suami orang: saya masih boleh telfon yah?
Saya: iya, silahkan saja.
Klik.

Suami orang.
Saya.
Suami orang cinta saya.
Saya cinta suami orang?
Nggak boleh kan (yah) (?!)

Thanksgiving
Saya bangun siang.
Yang lain bangun pagi.
Yang lain beres-beres rumah dan memasak.
Saya tidak dibagunkan.
Saya bangun.
semua sudah rapih.
Kakak saya sudah menyiapkan pisang goreng tabur keju kesukaan saya.
Ibu saya sudah memasak.
saya bersyukur.
kalau ini bukan surga dunia, lantas apa?
saya belum menikah
lantas saya harus merasa kecil dan pitty for my self?
sementara ada pisang keju yummi buatan kakak saya dengan cinta
...
rasanya saya beruntung
saya bahagia
thank God for everything

No comments: