Thursday, December 27, 2007

up dates from december 2007



Essayer d'accepter la situation...

Waw, i just realised that it has been long time that i never write anything in this blog (not to mention my 'real' blog at blogspot). You know what, it has been a quite difficult situation for me and i think that is one of many reasons why i never write again in my blog. My work at djakarta! as a stylist (i know it's not my cup of coffee, but i had to do it anyway-long story if i have to tell you how i ended at that position) took my time so much. Not because it was a very hard jobdesc but because i dont think i have a perfect potential there. Off course i can do it but did i work it very well? hmm that was it, the problem. But i finally managed it about 10 months, it means more that 15 editions i did the fashion and cover things. Now, djakarta! has a new stylist (the real stylist who knows well how to mix and match a black legging with loose shirt or how to wear high heels and bangel in the right combination). So, i feel very released that now i get my real jobdesc. And it also means that i dont have to spend much time just to think how to match and mix the costumes, go to the boutiques to borrow clothes (i dont even enjoy window shopping time, can u imagine that?), send it to the laundry and put it back to boutiques right on time (sight....cant believe i did it for almost 10 months). I really miss my time in press conferences, meet the other reporters, attend the books or music album's launching, watch the movie premier or simply interview the sources for my writting. Wait up, kenapa gw jadi nulis pake bahasa inggris segala yah, huehehehe...terjadi begitu aja (mending inggrisnya bener, hihihihi).

ANyway, sekarang gw udah balik pegang rubrik lama. gw bakal punya waktu dateng ke acara launching album, buku, film (since it's my collums now), bahkan ngerjain rubrik Bandoeng! dan Wehwehweh yang ternyata seru banget( dgn catatan, gw berhasil nemuin website yang seru abis buat dibahas).

I was just ready to celebrate the end of-my misery jobdesc ever- ketika tahu bahwa bos gw setuju untuk cari stylist baru di awal bulan Oktober (bisa jadi dia baru sadar setelah melihat 10 bulan kerja gw yang nggak memuaskan, so sorry boss, but I AM A REPORTER, not a stylist- dan jangan anggap remeh posisi itu, you have to have passion and talent to be a stylist, nggak cuma modal hobi baca majalah mode, rajin belanja, dan gaya lo yang banci doang, lu musti punya ilmunya, tahu sejarah mode, dan bisa memprediksi tren yang bakal hot...). Gw lega, karena gw pikir keputusan ini juga adil buat djakarta! Jangan sampe djakarta! jadi korban dengan rubrik fashion dan covernya yang nggak (ber)mutu cuma karena dikerjain sm seorang reporter yang nggak ngerti secara mendalam soal fashion ( i knew it guys...some of my partners said: "keren ya fashion edisi ini, beda banget"- salah satu komentar akan edisi yg sudah dikerjakan oleh stylist baru- which means "beda banget sm yg dikerjain gw, fashion kali ini lebih fashion lah! Yes, I knew it and i cant agree more! Belum lagi perubahan sang fotografer yang kelihatannya hepi banget nggak usah kerja bareng lagi sm gw, its ok dear, gw juga ngerti betapa stressnya kerja sm org yang nggak ngerti sm sekali sm apa yg dikerjakannya. He looks happier, cheerful, and enjoy while doing fashion or cover execution. Apalagi dia juga ikutan bilang "ihh keren banget fashion edisi kali ini", even my closect friend in this office said the same thing. I took it easily but i cant hide my feeling that i have done bad jobs while i was doing fashion and cover (poor djakarta!). Dan cuma sekali aja ada org memuji fesyen gw, yaitu dari mantan stylist djak! yang selalu diragukan dan dianggap tidak memuaskan oleh kru yang lain...so, should i take it seriously or it's also just another blablabla? Hmm, sedih siyy tapi se-enggaknya gw udah nggak pegang tanggung jawab itu lagi. Dan sekarang gw musti ngebuktiin banget kalau gw emang jagoan di bidang liputan dan rubrik lain selain fashion dan cover.

But you know whaaaaaaaaaaaat...ketika semangat kerja gw tumbuh lagi dan pingin mempersembahkan yang terbaik buat djakarta! tercinta, i have to face another problem.

Agustus 2007, i felt something different with my body, something was wrong. I felt suddenly weak, and it was often. Gejalanya, pusing ringan, mata nggak bisa lihat layar (komputer) karena tambah pusing, ilang konsentrasi, dan tubuh mendadak lemas mulai dari kaki sampai jari-jari tangan. Awalnya gw pikir cuma ngantuk atau capek aja, malah kaki pake bengkak segala (kalau kata Dini, my editor, kaki gw sih emang bengkak mlulu-maksudnya gw kan gendut, jadi nggak heran kalau bengkak, wuehehehe...). I wish itu beneran, bahwa kaki gw emang bengkak karena gw gemuk, but unfortunately...it wasnt! It was more than that. seperti dugaan kebanyakan org, since i am fat, gw sendiri menyangka kalau gw punya asam urat atau gula darah tinggi. Maka cek lab lah yang duluan gw lakukan sembari konsultasi dgn internis di RS Jakarta. I went to the doctor accompanied with my sister, Ayu, who was a former nurse. Setelah cek lab, ternyata gw sehat. Gula darah normal, asam urat nggak ada, kolesterol normal! Cuma satu catatan, ginjal gw sedikit bermasalah (sebelumnya gw emang pernah kena infeksi saluran kemih karena kurang minum dan kena bakteri), tapi itu pun masih nggak seberapa serius. Sang internis malah memvonis gw kena reumatik dan kurang olahraga. Diberilah gw resep dan catatan harus menurunkan berat badan dan rajin olahraga (yeah right, i dont have to go to the docter just to know this info). Tapi gw ragu (kakak gw juga), karena setiap kali curhat sakit yg gw rasa, the internist rada nggak nyambung. AKhirnya gw memutuskan konsultasi ke dokter syaraf di Bogor (dgn salah satu ahli syaraf terbaik di Bgr lowh). And it seems i took the right decision. Pertama curhat, dia langsung ngerti dan nyambung bgt sm yg gw rasain (he actually asked:"mendadak lemas ya? Gak bertenaga? nggak sakit tapi berasa nggak bisa ngapa2in kan? nggak ada tenaga sm sekali?". And i just nodded dgn semangat, bener bgt Dok!). Setelah cek, dia kasih gw obat yg mahal banget. Tapi gw nurut aja, yg penting sembuh. So, bulan puasa jadi bulan pertama gw mengkonsumsi obat dgn teratur tanpa harus boleh putus. Kalau putus, gw harus memulai terapi dari awal. Buat nambah pasti, gw nanya ke temn gw yg juga dokter, and he answered the same thing: jangan putus ya Gie, ini obat ada aturan main sendiri, pokonya jgn putus). Ok, obat yang ditebus dgn harga Rp 700ribuan itu habis setelah 3 hari setelah lebaran. Hari kedua lebaran, gw ngerasain hal yang sama lagi, lemess banget. Hari ketiga paginya, gw muntah, seharian lemes dan jantung berdebar. While everybody still celebrated the Fitr, gw cuma baringan di sofa atau kasur dan ngeliat keluarag gw kumpul-kumpul aja (sebel dan sedih siyyy). Hari keempat setelah lebaran, gw langsung ke dokter dan ngabarin perkembangan (hmm, kata perkembangan rada kurang cocok yah) dan gejala gw dgn tambahan muntah dan jantung berdebar itu. Dokternya meriksa gw, dan akhirnya mengeluarkan kata 'ATONIA'. What the hell atonia means anyway???

Dan obat lain pun segera diresepkan...teteup mahal. Tapi gw tetep beli dan minum karena gw inget kata-kata temen gw,"jangan putus ya Gie, ini obat ada aturan mainnya sendiri!". Ok, then!

Pendek kata: gw rupanya kena penyakit ATonia atau AThonic, alias penyakit syaraf yang membuat oto kehilangan kekuatan secara mendadak. Gejalanya kehilangan kekuatan di bagian tubuh tertentu atau tubuh sama sekali nggak bisa berbuat apa-apa secara mendadak. Gejala paling parah adalah terjatuh atau terbentur ketika otot berhenti berfungsi. So that was it. Tapi, ternyata semua artikel atonia berhubungan dgn epilepsi. Jelas aja, sebagai org awam, gw langsung ngeri...am i an epylepsian? have i an epylepsi syndrome? Gw langsung inget iklan layanan masyarakat "Adi, ayo main bola lagi" yang tahun 1990-an sering banget diputer di RCTI. So, now i am Adi?

Epilepsi sendiri ternyata punya banyak jenis, dari yang epilepsi utuh, sebagian, belum lagi pembagian berdasarkan kelainan syaraf di otak. Epilepsi yang umum adalah ketika aliran listrik dari otak secara berlebihan terkirim ke tubuh sehingga tubuh nggak bisa menerima dan bereaksi kejang. Nah, untuk kasus gw, aliran listrik dari otak justru putus sesaat ke begian tubuh (dalam hal gw tentu saja otot) dan akibatnya otot kehilangan kontak, tenaga, dan bikin gw mendadak lemes. Bahaya? nggak juga, secara gejala ini termasuk kategori Epilepsi Parsial atau epilepsi sebagian yang nggak menyebabkan penderita kehilangan kesadaran. Ada resiko jatuh, tapi karena gw nggak pernah pingsang ketika gejala lemes ini kambuh, so i think i'm save enough.Taaaaaaaaaaapiiiiiiiiii, yg bahaya justru setiap kali gw kambuh (sudden weakness), satu sel otak gw rusak (sama halnya dgn penderiat epilepsi ketika kejang). Dan semakin sering gw kambuh, bakal banyak sel yang rusak...ujungnya? Yaa gw jadi blo'on lah! Aneh dan ngeri banger kan?! My first reaction was...stunned! Trus sedikit limbung karena penuh kebingungan, trus...sedih! I was like falling down in to a very dark and deep valley! I dunno what's happening to me, and i dunno why. I mean, i am 27 years old and now suddenly i have an athonic epylepsy desease? How terrible is that? Why cant i just have cold or a light headache?

Pikiran-pikiran jelek pun sempet mampir. Betapa dunia ini nggak adil sama gw, secara meski nggak ngejalani hidup 100% sehat tapi gw nggak pernah ngerokok atau pun minum alkohol ( i like white and pink wine, but i consume it in like once a year atau pas kakak gw buka botol anggurnya aja, dan itu pun setengah gelas saja).But i guess, s*#t happens, dan gw pun harus menerima kalau gw emang udah kena gejala ini.

Sooo, setelah berdamai dgn jadwal minum obat yang harus kudu selalu dijalankan itu (dua kali sehari per 12 jam gw musti minum obat), ada kondisi-kondisi tertentu yang harus gw ikutin sebagai efek dari penyakit ini. Selama gw masih mengalami gejala lemes (sekarang bisa dibilang gw punya kambuhan), gw nggak boleh: nyetir (untungnya gw emang gak bisa), renang (gak bisa juga, main air sih jago), olahraga (gile tuh internist!), pergi jauh sendirian (helooooo, gw reporter gitu lowh), kecapean, atau sekiranya dalam situasi nggak ada temen dalam waktu lama. Damn, what was all that? Sekarang tiba-tiba aja gw nggak bisa semau gw dan sesendiri dulu, bahkan bergantung sm org lain? Gosh, ini susah banget. Awalnya, gw terima konsekwensi ini tapi tanpa sadar gw masih suka liputan sampe malem (dari pagi), jalan-jalan sm temen2 di mall ampe mall tutup dan nyambung kakarokean sampe jam 3 pagi. Apakah gw bersenang-senang? Banget. Tapi paginya, gw kambuh. Gw nggak bisa nyalahin temen2 gw, it was my fault. Mau kerja atau sekedar having fun, gw nggak bisa seenaknay kayak dulu. I have my limit now, my body cant take it anymore. I was breaking down... what's happening to me? Kejadian terakhir yang paling bikin gw makin terpuruk adalah ketika gw nonton privat show grup musik White Shoes & The Couples Company sampai jam 11. Gw nyampe rumah jam 12 dan tidur. Besoknya, gw kambuh dua kali, jam 10 dan jam 1 after lunch. I was totaly weak, i could barely stand up. Trus pas gw liputan Jiffest 2007, gw nonton satu film yang diambil dari novel grafis favorit gw, Persepolis. Gw nonton jam 7 sampe jam 9 malem, baliknya nongkrong bentar di Oh La La Menteng sambil ngebahas film tadi dan film-film keren lainnya. It was nice, talking with my friends about movies, litterature, accompanied with cups of hot tea. Perfect! until the next morning i felt the sudden seizure again. That was it, i knew things will never be the same again.

(btw, when i wrote this posting, the clock was 11.45 PM. My eyes felt blur, my body started to weak, so i had to finish write it down. The playlist in my winamp didn't even finish yet, but my body already gave me a sign. so i had to stop it and go to bed-and sleep, take a rest). So, hopely i can continue this posting again...

(mp, 17th dec, almost 18th...2007)

No comments: